Oleh: sucihida | November 27, 2008

KETIKA GURU MENJADI PROFESI YANG DIMINATI

Mengapa saat ini banyak lulusan non Guru yang minat menjadi Guru???

Sebuah pertanyaan yang tentunya perlu dijawab oleh mereka yang bukan sekolah ilmu keguruan namun tertarik menjadi Guru. Guru sebuah profesi yang dulu jarang diminati oleh kaum muda khususnya anak muda yang hidup di kota. profesi ini dilihat sebelah mata karena seseorang yang menjadi Guru dianggap kesejahteraanya kurang bahkan minim. Ada gurauan yang sempat ada dikalangan masyarakat, ketika anak gadisnya tidak bisa diberitahu dan tidak nurut dengan orang tuanya maka yang dikatakan sang ayah pada anak gadisnya ” nanti kukawinkan kamu dengan guru” begitu remehnya profesi itu dimasa lalu.

Lain dulu lain pula sekarang, banyak sekali sarjana- sarjana jurusan murni (non pendidikan) yang berburu akta IV atau mengajar agar menjadi bagian dari profesi Guru dan diterima dilembaga pendidikan tertentu. Hal ini menyebabkan adanya Guru-guru instan yang mengajar dilembaga-lembaga pendidikan. Mengapa mereka sekarang ingin dan minat menjadi Guru, padahal mereka tidak bercita-cita menjadi Guru. Hal itu terbukti karena mereka tidak serius dalam  menempuh pendidikan kesarjanaan yang mereka tempuh.

Apakah karena  profesi Guru saat ini mendapat perhatian istimewa dari pemerintah???

Apakah profesi Guru merupakan jenis pekerjaan yang santai dan mudah????

Apakah profesi Guru tidak menyita banyak waktu  dalam bekerja ????

Apakah profesi Guru menjadi pelabuhan terakhir ketika tidak ada lowongan pekerjaan sesuai ijazah sarjana mereka???

ataukah gaji profesi ini yang mulai terangkat dan subsidinya akan dinaikkan oleh pemerintah???

Banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Jika salah satu dari 5 jawaban itu benar, maka tidak heran jika kualitas guru saat ini banyak yang dipertanyakan, meskipun tidak semua Guru instan itu kualitasnya buruk.

Mudah-mudahan mereka mau lebih banyak belajar dan memahami arti menjadi seorang Guru

Tetap semangat untuk para pendidik yang sedang mencerdaskan anak Negeri ini. teruslah berjuang


Tanggapan

  1. Dulu,kebanyakan mereka yg jd guru,tp bukan dr kependidikan krn tdk ada lowongan ditempat lain. Kalo skrg berlomba ambil akta IV, krn tertarik dg gaji guru yg lbh diperhatikan pemerintah skrg. Jd sepertinya bukan murni dr hati.Kalo murni kenapa tidak dari dulu aja langsung ambil keguruan.

    salam kenal, terima kasih udah singgah diblog rintisan ini.

  2. ehm… gitu ya pertanyaan.

    Kalo pertanyaan begini bu: mengapa akta IV diijinkan melembaga?

    dari 5 pertanyaan, belum mendapat kevalidan & belum signifikan bahwa lulusan non guru memilih profesi menjadi guru. Banyak alasan mengapa menjadi guru. selain 5 point diatas.

    Guru cerdas adalah guru yang mau bersaing secara kompetitif dan elegan.

    salam hangat untuk dunia pendidikan

    Salam kenal dan makasih, sebenarnya mengapa diijinkan karena banyak yang minat dan menguntungkan. Masalahnya semua yang menguntungkan pasti dicoba untuk diadakan, apalagi kalau lembaga itu bekerja sama dengan pemerintah untuk memperoleh keuntungan tersebut. Dibarengi lagi dengan peminat yang mau bayar mahal. Nah ini pun sebuah masalah yang melingkari dunia pendidikan kita. “guru cerdas adalah guru yang mau bersaing secara kompetitif dan elegan” oke juga pendapat anda, tapi menurut saya guru tidak dituntut kecerdasannya saja, yang dicari adalah guru yang profesional dan faham apa, siapa dan bagaimana menjadi seorang guru. Karena banyak guru yang pandai, cerdas tapi kurang memiliki empati dan tauladan bagi anak didiknya.

  3. bener yang anda bilang, kita susah mengukur kualitas. tapi kalau lulusan non kependidikan membutuhkan waktu agak lama dibandingkan lulusan kependidikan untuk menyelami pekerjaannya, itu bisa dimengerti karena lulusan non kependidikan ga belajar beberapa hal yang seharusnya dipelajari sebelum terjun ke dunia pendidikan.

    Sebenarnya ini bukan satu-satunya masalah di dunia pendidikan kita, kalau kita mau merenung tentu sangat banyak pertanyaan dan perlu adanya solusi agar pendidikan kita tidak terpuruk seperti saat ini. Semoga masih banyak yang perduli dan mau memajukan dunia pendidikan kita.
    Bangunlah jiwanya
    Bangunlah badanya
    untuk Indonesia Raya………………….. W.R Supratman

    Kecerdasan bangsa merupakan salah satu cermin jati diri bangsa.

  4. Mengapa guru dari lulusan Kependidikan berkata bahwa guru dari non-kependidikan tidak berkualitas?
    Alat ukur apa yang bisa reliable untuk menjawab pertanayaan di atas?

    Mengapa guru dari lulusan Kependidikan anti dengan guru dari non-kependidikan? Tidak mau bersaing ya? Atau tidak suka dengan iklim persaingan? Atau merasa tinggi baik dari keilmuan ataupun pengalaman dari guru dari non-kependidikan?

    Tidak benar kalau guru adalah pelabuhan terakhir karir seseoarang.
    Saya adalah karyawan swasta yang bergaji beberapa kali lipat dari guru yang sudah diberi tunjangan sertifikasi sekalipun masih mau mengajar. Karena saya interest di TI dan saya yakin bekerja di dunia TI tidak harus menjadi programmer, network engineer, system analist atau yang lain… menjadi guru TI&K juga bisa..

    Itulah kenapa saya tinggalkan karir saya yang sudah mapan di salah satu manufaktur lumayan besar di Banten (dengan gaji yang lebih tinggi dari Anda wahai guru2 senior) sebagai pekerja kantoran (Graphic Designer) untuk menadi guru TI&K di daerah hanya untuk MEMAJUKAN DUNIA TI DI INDONESIA LEWAT JALUR PENDIDIKAN.

    Buat guru2 dari FKIP atau S1 Kependidikan sebaiknya pakai otak atau nalar kalau berbicara.

    Kenapa sih kita sebagai sama2 guru tidak bersatu bergandeng tangan memajukan dunia pendidikan kita yang sudah amburadul ini.

    Saya korbankan karir saya untuk semua ini.

    Sebaiknya guru2 kependidikan sekali2 bekerja menjadi karyawan swasta, full competitive and only paranoid survive. Jadi ga cuma asal ngomong doang.

    Satu perbedaan dari tulisan anda, anda tidak mampu berpikir bijak dan meredam emosi/ kata hati anda. Dan memang itu yang sering kali terjadi ketika kita mengajar. Ketika kita menghadapi berbagai karakter anak didik kemampuan menggendalikan emosi dan keinginan hati itulah yang dituntut. Tentu beda dengan dunia kerja, yang menomersatukan skill dan otak untuk bersaing, bukan sebuah pendampingan yang didalamnya menyatu antara mendidik, mengajar dan suri tauladan. Ku katakan tidak semua lulusan non-kependidikan kurang pandai dalam mengajar, dan tidak semua sarjana kependidikan sempurna dalam mengajar. Dari yang baik ada yang lebih baik dan yang buruk ada yang lebih buruk. Orang bijak berkata ” Seseorang akan beruntung jika kesalahan yang dilakukannya mampu menjadikan dia berubah menjadi lebih baik, sebaliknya Seseorang akan merugi jika dia berbuat baik namun dengan kebaikan itu dirinya merasa pandai dan menyalahkan orang lain.
    – Maturnuwun udah singgah diblog ini –

  5. Sy setuju dng yg diatas (@Reza)…
    Faktanya, tdk semua guru yg dari kependidikan guru memiliki kemampuan ataupun kecakapan dlm menyampaikan materi… Semua mempunyai kelemahan & keterbatasan! Perlu disadari jg bahwa kemampuan berkomunikasi jg penting, selain yg Pak Reza bilang yaitu mengendalikan emosi dan keinginan hati, dan kami, para guru non-kependidikan justru banyak belajar secara otodidak, bagaimana mengendalikan emosi itu, bagaimana mengatur ritme hati agar yg keluar dari mulut ini ketika mengajar benar-benar ilmu yg bermanfaat, dan bagaimana mengkomunikasikan itu semua agar bisa diserap secara optimal oleh siswa. Mungkn ini yg membuat pendidikan di Indonesia kian terpuruk, ketika para guru yg telah “mapan” justru menutup diri atau membatasi diri dengan perkembangan jaman dan persaingan, maka sy yakin dunia pendidikan akan mengalami kemunduran!


Tinggalkan Balasan ke mancung64 Batalkan balasan

Kategori